Seni Kethopyang, Wayang Kreatif Asli Kebumen

Kethopyang ini bisa
dipentaskan siang hari maupun malam hari dengan diiringi gamelan lengkap
slendro dan pelog. Serta dilengkapi dengan kentongan, khas kethoprak. Kesenian
ini dimainkan oleh seorang dalang. Dengan tema cerita yang mirip dengan tema
cerita ketoprak. Bentuk wayang seperti bentuk Ketoprak. Lama pementasannya
bervariasi menurut kebutuhannya.KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Seni Kethopyang, seni pertunjukan
rakyat yang sempat mati suri cukup lama, kini mulai bangkit lagi. Kesenian
tradisional yang lahir dan berkembang di sekitar Desa Jatijajar, Kecamatan
Ayah, itu kembali dihidupkan oleh salah satu pendirinya. Bambang Budiono
membangkitkanya kembali setelah mendapat dukungan dari Dewan Kesenian Daerah
(DKD) Kebumen.
Seni Kethopyang merupakan kesenian gabungan dari kethoprak dan wayang, atau disingkat Kethopyang. Seni Ketopyang ini merupakan kesenian yang membawa cerita ketoprak, namun ditampilkan dengan wayang. Berbeda dengan wayang pada umumnya yang membawa cerita Mahabharata atau Ramayana, kethopyang ceritanya diambil dari cerita Babad atau Kethoprak.
"Tokoh-tokohnya ya tokoh ketoprak seperti Anglingdarma, Minakjinggo, Damarwulan dan lain-lain yang kita buatkan wayangnya dan ditampilkan seperti wayang," ujar Bambang Budiono, salah satu penggagas Kethopyang.
Kesenian yang tumbuh di era 1980-an itu digagas oleh lima bersaudara, yaitu Ki Djoko Aman Sardjono Tentrem Yuwono, Ki Putut Yudandon Wacana Rahayu (Alm), Ki Wahyuning Hartana, Ki Bambang Budiono, dan Ki Damai Agus Riyanto. Namun sayang, sejak Ki Putut Yudandon Wacana Rahayu (Alm) meninggal, kesenian ini kurang mendapat perhatian.
"Semua penggagasnya itu merupakan keluarga besar Ki Cermo Carita (Alm), dalang dari Jatijajar," tutur pria pensiunan Kasi Trantib Kecamatan Rowokele ini.
Semasa jayanya, kelimanya memiliki peran masing-masing saat pementasan Kethopyang. Seperti Ki Putut Yudandon Wacana Rahayu (Alm) bertindak sebagai dalang, Ki Djoko Aman Sardjono Tentrem Yuwono dan Ki Wahyuning Hartana, bertindak sebagai dubbing vokal. Selanjutnya, Ki Damai Agus Riyanto, sebagai penata gending. Sedangkan Ki Bambang Budiono, sebagai pemegang kenthongan.
Saat ini, grup Kethopyang yang diberi nama Arista Budaya itu mulai dibangkitkan kembali oleh Bambang Budiono. "Dulu cerita-cerita yang pernah kita angkat seperti legenda Raden Kamandaka, karena kita tinggal di sekitar Goa Jatijajar. Kita ingin mengembalikan kesenian ini agar dapat eksis kembali," ungkapnya.
Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kebumen, Pekik Sat Siswonirmolo, mengatakan kesenian tradisional Kethopyang sangat layak untuk dihidupkan kembali. Ia sangat mengapresiasi Bambang Budiono yang berupaya kembali menghidupkan kesenian tersebut. Pekik berpendapat seni tradisi di tengah hegemoni budaya massa memerlukan idealisme berkesenian yang konstrukstif-prospektif.
Ingin tau lebih dalam tentang kebumen klik disini
http://www.kebumenekspres.com
0 komentar:
Posting Komentar